SELAMAT DATANG

BLOG INI HANYA UNTUK ORANG DEWASA DAN KENTIR

Rabu, 03 Maret 2010

HUKUM ONANI/MASTURBASI

HUKUM ONANI / MASTURBASI

Assalamu'alaikum, wr. wb.

Mohon jawaban ustad tentang beberapa pertanyaan saya ini karena saya sangat sulit mencari literatur yang membahas hal ini dari sudut pandang syariat Islam. Jarang sekali kitab fiqih yang membahasnya dan kalopun ada itu sangat singkat sekali dan tidak mendalam

1. Aapakah onani termasuk dosa besar dan sama dengan zina?
2. Adakah hukuman had untuk pelakunya?
3. Apakah seseorang yang mengeluarkan mani karena sesuatu yang bukan sentuhan misalnya melihat film atau sejenisnya secara syar'i dimasukkan kedalam kategori onani?
4. Adakah solusi secara syar'i untuk menolong orang-orang yang sudah addict akan hal ini?
5. Bagaimanakah kedudukan dan maksud dari zina tangan, zina mata, bahkan ada seorang ustad yang menghukumi orang yang berfikiran atau membayangkan mesum juga sebagai zina. Samakah kedudukan zina ini dengan zina seperti yang digambarkan rosul dalam hadist?

Terima kasih.

khoirul.insan
Jawaban

Wa'alaikumussalam Wr Wb

Apakah Onani Sama Dengan Zina

Sayyid Sabiq menyebutkan bahwa telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam permasalahan onani :

1. Para ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Zaidiyah berpendapat bahwa onani adalah haram. Argumentasi mereka akan pengharaman onani ini adalah bahwa Allah swt telah memerintahkan untuk menjaga kemaluan dalam segala kondisi kecuali terhadap istri dan budak perempuannya. Apabila seseorang tidak melakukannya terhadap kedua orang itu kemudian melakukan onani maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang melampaui batas-batas dari apa yang telah dihalalkan Allah bagi mereka dan beralih kepada apa-apa yang diharamkan-Nya atas mereka. Firman Allah swt

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٥﴾
إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ﴿٦﴾
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاء ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ﴿٧﴾

Artinya : “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Mukminun : 5 – 7)

2. Para ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa onani hanya diharamkan dalam keadaan-keadaan tertentu dan wajib pada keadaan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa onani menjadi wajib apabila ia takut jatuh kepada perzinahan jika tidak melakukannya. Hal ini juga didasarkan pada kaidah mengambil kemudharatan yang lebih ringan. Namun mereka mengharamkan apabila hanya sebatas untuk bersenang-senang dan membangkitkan syahwatnya. Mereka juga mengatakan bahwa onani tidak masalah jika orang itu sudah dikuasai oleh syahwatnya sementara ia tidak memiliki istri atau budak perempuan demi menenangkan syahwatnya.

3. Para ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa onani itu diharamkan kecuali apabila dilakukan karena takut dirinya jatuh kedalam perzinahan atau mengancam kesehatannya sementara ia tidak memiliki istri atau budak serta tidak memiliki kemampuan untuk menikah, jadi onani tidaklah masalah.

4. Ibnu Hazm berpendapat bahwa onani itu makruh dan tidak ada dosa didalamnya karena seseorang yang menyentuh kemaluannya dengan tangan kirinya adalah boleh menurut ijma seluruh ulama… sehingga onani itu bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan. Firman Allah swt

وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ

Artinya : “Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu.” (QS. Al An’am : 119)

Dan onani tidaklah diterangkan kepada kita tentang keharamannya maka ia adalah halal sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al Baqoroh : 29)

5. Diantara ulama yang berpendapat bahwa onani itu makruh adalah Ibnu Umar dan Atho’. Hal itu dikarenakan bahwa onani bukanlah termasuk dari perbuatan yang terpuji dan bukanlah prilaku yang mulia. Ada cerita bahwa manusia pada saat itu pernah berbincang-bincang tentang onani maka ada sebagian mereka yang memakruhkannya dan sebagian lainnya membolehkannya.

6. Diantara yang membolehkannya adalah Ibnu Abbas, al Hasan dan sebagian ulama tabi’in yang masyhur. Al Hasan mengatakan bahwa dahulu mereka melakukannya saat dalam peperangan. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang terdahulu memerintahkan para pemudanya untuk melakukan onani untuk menjaga kesuciannya. Begitu pula hukum onani seorang wanita sama dengan hukum onani seorang laki-laki. (Fiqhus Sunnah juz III hal 424 – 426)

Dari pendapat-pendapat para ulama diatas tidak ada dari mereka yang secara tegas menyatakan bahwa onani sama dengan zina yang sesungguhnya. Namun para ulama mengatakan bahwa perbuatan tersebut termasuk kedalam muqoddimah zina (pendahuluan zina), firman Allah swt

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa : 32)

Adapun apakah perbuatan tersebut termasuk kedalam dosa besar ?

Imam Nawawi menyebutkan beberapa pendapat ulama tentang batasan dosa besar jika dibedakan dengan dosa kecil :

Dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dosa besar adalah segala dosa yang Allah akhiri dengan neraka, kemurkaan, laknat atau adzab, demikian pula pendapat Imam al Hasan Bashri.

Para ulama yang lainnya mengatakan bahwa dosa besar adalah dosa yang diancam Allah swt dengan neraka atau hadd di dunia.

Abu Hamid al Ghozali didalam “al Basiith” mengatakan bahwa batasan menyeluruh dalam hal dosa besar adalah segala kemaksiatan yang dilakukan seseorang tanpa ada perasaan takut dan penyesalan, seperti orang yang menyepelekan suatu dosa sehingga menjadi kebiasaan. Setiap penyepelean dan peremehan suatu dosa maka ia termasuk kedalam dosa besar.

Asy Syeikhul Imam Abu ‘Amr bin Sholah didalam “al Fatawa al Kabiroh” menyebutkan bahwa setiap dosa yang besar atau berat maka bisa dikatakan bahwa itu adalah dosa besar.

Adapun diantara tanda-tanda dosa besar adalah wajib atasnya hadd, diancam dengan siksa neraka dan sejensnya sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an maupun Sunnah. Para pelakunya pun disifatkan dengan fasiq berdasarkan nash, dilaknat sebagaimana Allah swt melaknat orang yang merubah batas-batas tanah. (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113)

Dari beberapa definisi dan tanda-tanda dosa besar maka perbuatan onani tidaklah termasuk kedalam dosa besar selama tidak dilakukan secara terus menerus atau menjadi suatu kebiasaan.

Hendaknya seorang muslim tidak berfikir kecilnya dosa suatu kemasiatan yang dilakukannya akan tetapi terhadap siapa dia bermaksiat, tentunya terhadap Allah swt yang Maha Besar lagi Maha Mulia.

Apakah Onani Mesti Dengan Menggunakan Tangan

Pada asalnya istimna’ (masturbasi) adalah mengeluarkan mani bukan melalui persetubuhan, baik dengan telapak tangan atau dengan cara yang lainnya. (Mu’jam Lughotil Fuqoha juz I hal 65)

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.

Sedangkan onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. (sumber : situs.kesrepro.info)

Namun didalam buku-buku fiqih kata istimna’ (onani) ini adalah mengeluarkan mani dengan menggunakan tangan baik tangannya, tangan istri atau tangan budak perempuannya.

Adapun mengeluarkan air mani dengan alat (sarana) tertentu selain tangan pada asalnya tidaklah berbeda dengan istmina’ dikarenakan subsatansi perbuatan itu adalah sama, yaitu sama-sama mengeluarkan mani untuk mendapatkan satu kenikmatan apakah dikarenakan kondisi terpaksa atau tidak, sehingga hukumnya bisa disamakan dengan hukum onani yang menggunakan tangan.

Ibnu ‘Abidin menyebutkan bahwa “Perkataan onani itu makruh” adalah secara zhahir ia adalah makruh yang tidak sampai haram. Hal itu dikarenakan bahwa kedudukan onani seperti orang yang mengeluarkan mani baik dengan merapatkan kedua paha atau menekan perutnya. (Roddul Mukhtar juz XV hal 75)

Adapun mengeluarkan mani dengan menonton film-film porno maka ini lebih berat dari sekedar onani dikarenakan ia telah menyaksikan aurat orang lain yang tidak halal baginya. Pada hakekatnya melihat aurat orang lain melalui menonton film porno sama dengan melihat auratnya secara langsung dan ini adalah haram.

Solusi Bagi Orang Yang Sudah Terbiasa Onani

DR. Muhammad Shaleh al Munjid, seorang ulama di Saudi Arabia, menyebutkan beberapa solusi bagi orang-orang yang terbiasa melakukan perbuatan ini, yaitu :

1. Hendaklah faktor yang mendorongnya untuk melepaskan diri dari kebiasaan onani adalah untuk menjalankan perintah Allah swt dan menghindari murka-Nya.
2. Mendorong dirinya untuk mengambil solusi mendasar dengan menikah sebagai pelaksanaan dari wasiat Rasulullah saw kepada para pemuda dalam permasalahan ini.
3. Mengarahkan fikiran, bisikan dan menyibukan dirinya dengan perkara-perkara yang didalamnya terdapat kemaslahatan bagi dunia maupun akheratnya. Karena terus menerus menghayal akan mendorongnya untuk melakukan perbuatan itu dan pada akhirnya menjadikannya kebiasaan sehingga sulit untuk dilepaskan.
4. Menjaga pandangan dari melihat orang-orang atau foto-foto yang membawa fitnah apakah itu foto dari orang yang hidup atau sekedar gambar dengan matanya secara langsung. Karena hal itu akan mendorongnya kepada perbuatan yang diharamkan, sebagaimana firman Allah swt

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya…” (QS. An Nuur : 30)

Juga sabda Rasulullah saw,”Janganlah engkau ikuti pandanganmu dengan pandangan yang selanjutnya.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan didalam shahihul jami’)

Pandangan pertama adalah pandangan spontanitas yang tidak ada dosa didalamnya sedangkan pandangan kedua adalah haram. Untuk itu sudah seharusnya dia menjauhkan diri dari tempat-tempat yang didalamnya terdapat perkara-perkara yang bisa menggelorakan dan menggerakkan syahwat.
5. Menyibukkan dirinya dengan berbagai ibadah dan menghindari untuk mengisi waktu-waktu kosongnya dengan maksiat.
6. Mengambil palajaran dari beberapa penyakit pada tubuh yang disebabkan kebiasaan melakukan onani seperti : melemahkan penglihatan dan syahwat, melemahkan alat reproduksi, sakit punggung dan penyakit-penyakit lainnya yang telah disebutkan oleh para dokter. Demikian pula dengan penyakit kejiwaan seperti : stress, kegalauan hati dan yang lebih besar dari itu semua adalah meremehkan waktu-waktu sholat dikarenakan berulang kalinya mandi… dan juga merusak puasanya (apabila dalam keadaan puasa).
7. Menghilangkan berbagai cara untuk mencari kepuasan yang salah, dikarenakan sebagian pemuda menganggap bahwa perbuatan ini dibolehkan dengan alasan menjaga diri dari zina atau homoseksual padahal kondisinya tidaklah sama sekali mendekati perbuatan yang keji (zina/homoseksual) tersebut.
8. Mempersenjatai diri dengan kekuatan kehendak dan tekad serta tidak mudah meyerah terhadap setan. Hindari berada dalam kesendirian seperti bermalam sendirian. Didalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi saw melarang seseorang bermalam sendirian.” (HR. Ahmad didalam shahihul jami’ 6919)
9. Mengambil cara-cara penyembuhan Nabi saw berupa puasa, karena ia dapat menekan gejolak syahwat dan seksualnya. Dia juga perlu menghindari beberapa solusi yang aneh, seperti bersumpah untuk tidak melakukannya lagi atau bernazar dikarenakan jika ia kembali melakukan hal itu maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang memutuskan sumpah yang telah dikokohkan. Jangan pula menggunakan obat-obat penekan syahwat karena didalamnya terkandung berbagai bahaya bagi tubuh. Didalam sunnah disebutkan bahwa segala sesuatu yang dipakai untuk menghentikan syahwat secara keseluruhan adalah haram.
10. Berkomitmen dengan adab-adab syari’ah saat tidur, seperti; berdzikir, tidur diatas sisi kanan tubuhnya, menghindarkan tidur telungkup yang dilarang Nabi saw.
11. Berhias dengan kesabaran dan iffah. Hal yang demikian dikarenakan diantara kewajiban kita adalah bersabar terhadap hal-hal yang diharamkan walaupun hal itu disukai oleh jiwa. Telah diketahui bahwa sifat iffah dalam diri pada akhirnya akan menghentikannya dari kebiasaan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang menjaga diri (iffah) maka Allah akan menjaganya, barangsiapa yang meminta pertolongan kepada Allah maka Allah akan menolongnya, barangsiapa yang bersabar maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya dan tidaklah seseorang diberikan suatu pemberian yang lebih baik atau lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhori, didalam Fath no 1469)
12. Apabila seseorang telah jatuh kedalam perbuatan maksiat ini maka segeralah bertaubat dan beristighfar serta melakukan perbuatan-perbuatan taat dengan tidak berputus asa karena putus asa adalah termasuk kedalam dosa besar.
13. Akhirnya, diantara kewajiban yang tidak diragukan adalah kembali kepada Allah dan merendahkan dirinya dengan berdoa, meminta pertolongan dari-Nya untuk melepaskan diri dari kebiasaan ini. Ini adalah solusi terbesar karena Allah swt senantiasa mengabulkan doa orang yang berdoa apabila dia berdoa. (sumber: islam-qa.com)

Hukum Zina Tangan atau Mata

Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw,”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandangan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)

Imam Bukhori memasukan hadits ini kedalam Bab Zina Anggota Tubuh Selain Kemaluan, artinya bahwa zina tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan oleh kemaluan seseorang saja. Namun zina bisa dilakukan dengan mata melalui pandangan dan penglihatannya kepada sesuatu yang tidak dihalalkan, zina bisa dilakukan dengan lisannya dengan membicarakan hal-hal yang tidak benar dan zina juga bisa dilakukan dengan tangannya berupa menyentuh, memegang sesuatu yang diharamkan.

Ibnu Hajar menyebutkan pendapat Ibnu Bathol yaitu,”Pandangan dan pembicaraan dinamakan dengan zina dikarenakan kedua hal tersebut menuntun seseorang untuk melakukan perzinahan yang sebenarnya. Karena itu kata selanjutnya adalah “serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (Fathul Bari juz XI hal 28)

Meskipun demikian hukum zina tangan, lisan dan mata tidaklah sama dengan zina sebenarnya yang wajib atasnya hadd. Si pelakunya hanya dikenakan teguran dan peringatan keras.

DR Wahbah menyebutkan bahwa pelaku onani haruslah diberi teguran keras dan tidak dikenakan atasnya hadd. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz VII hal 5348)

Begitu pula penjelasan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan bersandar pada pendapat yang paling benar dari Imam Ahmad bahwa pelaku onani haruslah diberikan teguran keras. (Majmu’ al Fatawa juz XXIV hal 145)

Ibnul Qoyyim mengatakan,”Adapun teguran adalah pada setiap kemaksiatan yang tidak ada hadd (hukuman) dan juga tidak ada kafaratnya. Sesungguhnya kemaksiatan itu mencakup tiga macam :

1. Kemaksiatan yang didalamnya ada hadd dan kafarat.
2. Kemaksiatan yang didalamnya hanya ada kafarat tidak ada hadd.
3. Kemaksiatan yang didalamnya tidak ada hadd dan tidak ada kafarat.

Adapun contoh dari macam yang pertama adalah mencuri, minum khomr, zina dan menuduh orang berzina.

Adapun contoh dari macam kedua adalah berjima’ pada siang hari di bulan Ramadhan, bersetubuh saat ihram.

Adapun contoh dari macam yang ketiga adalah menyetubuhi seorang budak yang dimiliki bersama antara dia dan orang lain, mencium orang asing dan berdua-duaan dengannya, masuk ke kamar mandi tanpa mengenakan sarung, memakan daging bangkai, darah, babi dan yang sejenisnya. (I’lamul Muwaqqi’in juz II hal 183)

Adapun terkait dengan permasalahan orang-orang yang melampiaskan kepuasannya dengan menghayalkan orang lain maka ini termasuk zina maknawi. Untuk lebih jelasnya anda bisa baca dalam jawaban sebelumnya di rubrik ini tentang “Berfantasi Saat Berhubungan Badan”.

Wallahu A’lam

Hukum Onani (Masturbasi) Bagi Lelaki & Wanita

Oleh : Zaharuddin Abd Rahman

Assalamualaikum, Apakah Hukum melakukan onani?

Berikut adalah jawapan yang pernah diberikan oleh Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi :-

Kadang-kadang darah pemuda bergelora, kemudian dia menggunakan tangannya untuk mengeluarkan mani supaya alat kelaminnya itu menjadi tenang dan darahnya yang bergelora itu menurun. Cara semacam ini sekarang dikenal dengan nama onani (bahasa Arabnya: istimta' atau adatus sirriyah).

Kebanyakan para ulama mengharamkan perbuatan tersebut, di antaranya Imam Malik. Beliau memakai dalil ayat yang berbunyi:

"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap isterinya atau hamba sahayanya, mereka yang demikian itu tidak tercela. Tetapi barangsiapa mau selain yang demikian itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang melewati batas." (Al-Mu'minun: 5-7)

Sedang orang yang onani adalah melepaskan syahwatnya itu bukan pada tempatnya.

Sedang Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahawa mani adalah barang lebihan. Oleh karena itu boleh dikeluarkan, seperti memotong daging lebih.

Pendapat ini diperkuat oleh Ibnu Hazm. Tetapi ulama-ulama Hanafiah memberikan Batas kebolehannya itu dalam dua perkara:

1.
Karena takut berbuat zina.
2.
Karena tidak mampu kawin.

Pendapat Imam Ahmad ini memungkinkan untuk kita ambil dalam keadaan gharizah (nafsu syahwat) itu memuncak dan dibimbangkan akan jatuh ke dalam haram. Misalnya seorang pemuda yang sedang belajar atau bekerja di tempat lain yang jauh dari negerinya, sedang pengaruh-pengaruh di hadapannya terlalu kuat dan dia bimbang akan berbuat zina. Karena itu dia tidak berdosa menggunakan cara ini (onani) untuk meredakan bergeloranya gharizah tersebut dan supaya dia tidak berlaku zina.

Tetapi yang lebih baik dari itu semua, ialah seperti apa yang diterangkan oleh Rasulullah s.a.w. terhadap pemuda yang tidak mampu berkahwin, iaitu kiranya dia memperbanyak puasa, dimana puasa itu dapat mendidik beribadah, mengajar bersabar dan menguatkan kedekatan untuk bertaqwa dan keyakinan terhadap penyelidikan (muraqabah) Allah kepada setiap jiwa seorang mu'min. Untuk itu Rasuluilah s.a.w. bersabda sebagai berikut:

"Hai para pemuda! Barangsiapa di antara kamu sudah ada kemampuan, maka kahwinlah sebab dia itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung." (Riwayat Bukhari)

Dipetik dari kitab al-Halal wal Haram fil Islam

Walaupun demikian, berikut adalah ulasan lanjut saya ( sila buka ) :-

Terlalu banyak persoalan berkenaan onani ini. Kotak email dan ruangan komentar di web saya ini juga tidak terlepas dari pertanyaan seumpama ini. Ada sebahagiannya terpaksa saya dan admin 'delete' kerana bahasa dan bentuk soalannya yang kurang sesuai.

Antara soalan-soalannya :-

1) " ...ustaz, saya ada masalah yang menimpa diri saya semalam iaitu saya telah melakukan onani di siang hari bulan ramadhan."

2) "Assalammualaikum... Saya sudah berumur 24 tahun, saya sering beronani sebelum ini sehinggakan dalam satu hari pernah saya buat perkara keji ini sampai 3 kali oleh sebab terasa ghairah melihat perempuan yang seksi.

3) "Saya tidak dapat menahan lalu saya melihat gambar porno untuk memuaskan nafsu saya dengan cara beronani. Dan ini pernah berlaku pada siang hari di bulan ramadhan.apa yang saya perlu buat dan apakah hukumnya serta hukumannya."

4) "Saya juga ada masalah pasal onani ni oleh kerana terlalu menyesal dah perbuatan saya, saya telah bernazar untuk berpuasa 1 hari bagi setiap kali saya beronani."

5) "Salam..ustaz adakah beronani perlu mandi wajib? apa bezanya air mazi dan mani?adakah kedua2 tu ada pada perempuan? harap ustaz dapat jelaskan.terima kasih"

6) "Salam, saya sudah berkahwin tetapi tinggal berjauhan dengan isteri..kadang kala apabila teringatkan isteri saya, saya merasa ghairah dan kadang kala sehingga melakukan onani..apakah hukumnya?"





gelora nafsu memamah umat Islam kini



Sebeban Alasan

Dalam masa yang sama, adakalanya terlalu banyak pula alasan dan sebab yang diberikan oleh si penanya dengan harapan saya atau mana-mana individu yang ditanya akan mengatakan harus baginya.

"Seolah-olah ingin menjadikan kita sebagai jambatannya 'ke neraka', then kat akhirat dok tuding jari kepada kita" kata seorang rakan saya yang juga seorang penceramah aktif di Lembah Klang.

Selain hukum khas bagi perbuatan tidak sihat ini. Lebih dari itu, kebanjiran soalan-soalan sebegini menyebabkan saya menjadi semakin bimbang dengan keadaan umat Islam di Malaysia terutamanya.

Virus Bermula

Ia secara langsung menunjukkan umat Islam samada lelaki dan wanita sedang menghidap sindrom lemah kawalan nafsu syahwat seksual terhadap perkara nafsu syahwat yang haram.

Melayani syahwat dengan cara haram adalah salah satu punca kehancuran kemanisan solat, tanpa kemanisan solat, runtuhlah 'tiang agama' dalam diri seseorang, tatkala itu nafsu kebinatangan dan syaitan akan mula menguasai sehingga lahirlah manusia binatang seperti pembunuh Nurin Jazlin dan lain-lain.

Terdapat hadis yang mengingatkan melayani syahwat mata kepada yang haram sahaja akan menghancurkan kelazatan dan kemanisan iman.



ما من مسلم ينظر إلى محاسن امرأة ثم يغض بصره إلا أخلف الله له عبادة يجد حلاوتها

Ertinya : Tiada seorang Muslim pun yang melihat kepada kecantikan wanita (aurat) kemudian ia mengalih pandangan matanya kecuali Allah s.w.t akan memberikan kepadanya kemanisan dalam ibadahnya (Riwayat Ahmad & At-Tabrani , Ibn kathir, 3/283, Ibn Kathir & Al-Munziri : Dhoif dan Ibn Kathir berkata , boleh diguna dalam hal galakkan)

Juga disebut dalam sebuah athar :



النظر سهم مسموم من سهام إبليس

Ertinya : "Pandangan mata adalah panah beracun dari panahan Iblis" ( Mirqatul Mafatih, 1/255; Ruhul Ma'ani, 22/7)

Malah ia juga bakal merosakkan hati :-



كل عين باكيه يوم القيامه الا عينان عين غضت عن محارم الله

Ertinya : Setiap mata akan menangis di hari kiamat kecuali mata yang dilindungi (berpaling) dari perkara yang diharamkan Allah s.w.t" ( at-taysir bi Syarhi al-Jami' as-Soghir, 2/216 : Hadis Hasan)

Ketahuilah saudara-saudariku, melayani onani merupakan permulaan kehancuran hati seseorang. Merupakan salah satu permulaan kepada zina.

Ia sering diwarwarkan kononnya sebagai penyelamat dari zina, hakikatnya ia juga merupakan pintu mula kepada zina.

Ia adalah pintu mula seseorang berjinak dengan melayani nafsu syahwat seksual mereka tanpa menurut arahan Allah dan RasulNya. Nafsu yang tidak dikawal ini adalah sentiasa meminta lebih dan lagi, akhirnya akan menjerumus kepada menonton gambar pornografi, video, mengintai dan ditamatkan dengan zina yang tiada had kepuasannya. Memang itu sifat nafsu syahwat samada seksual ataupuan harta. Sekali ia dilayan, tiada lagi pintu puas.

Sebagaimana hadis yang telah saya bawakan dahulu iaitu :-



لو كان لابن آدَمَ وَادِيَانِ من مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا ولا يَمْلَأُ جَوْفَ بن آدَمَ إلا التُّرَابُ

Ertinya : Sekrianya anak Adam itu punyai dua lembah dipenuhi emas, nescaya sudah tentu mereka akan inginkan yang ketiga, dan tidak disumbatkan diperutnya tanah (mati)( Riwayat al-Bukhari , 5/2364 )

Demikian juga perihalnya dengan nafsu syahwat seksual. Ia merupakan satu penyakit dalaman yang serius. Saya cuba memperkemaskan huraian berkenaan onani walaupun jawapan Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi terhadap masalah Onani yang telah saya siarkan di web ini.

Kesimpulan pandangan terkuat oleh pelbagai kumpulan ulama mendapati bahawa hukum Onani adalah : -

1) satu perbuatan yang haram, tetapi ia bukanlah satu jenis dosa besar seperti zina, rasuah, riba, membunuh dan sebagainya.

Ia dianggap melepaskan nafsu bukan pada tempatnya, ia adalah ditegah oleh Allah s.w.t :-



وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاء ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ



Ertinya : "dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela; Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. ( Al-Mukminun : 5-7)

Allah menyifatkan orang yang memuaskan nafsunya dengan cara selain dengan isteri atau suami yang sah sebagai :-

* a) Malumin : Ertinya : "tercela"
* b) Al-'adun : Ertinya : " orang-orang yang melampaui batas"

2) Hukum dosa ini sememangnya boleh berubah menjadi tidak berdosa sekiranya ia dilakukan dalam keadaan dharurat iaitu di ketika tanpa melakukan seseorang akan PASTI terjerumus dalam kancah zina.

Perlu diingat dharurat di sini hanya adalah di ketika 'pasti akan terjerumus' iaitu tatkala kemudaratan zina itu benar-benar BOLEH BERLAKU seperti ia telah tahu di mana boleh mendapatkan pelacur, bohsia atau teman wanitanya, punyai tempat yang strategik untuk maksiat dan lain-lain.

Maksud saya, jika sekadar ia rasa ingin berzina sahaja tetapi ia tidak punyai teman wanita, ia tidak pernah tahu di mana mahu melanggani pelacur, atau kesimpulan tiada mempunyai idea sebenarnya bagaimana ingin merealisasikan niat jahat berzinanya, disamping masih tidak yakin ia boleh terjerumus ke lembah sehina itu. Hukum keringanan (rukhsah) sementara akibat terdesak dan bagi mengelak zina yang disebutkan oleh sebahagian ulama itu TIDAK boleh dipakai sewenang-wenangnya.

3) Hukum dosa ini boleh menjadi bertambah besar apabila ia menjadi tabiat dan amalan kebiasaan disebabkan tindakannya sendiri seperti menjadi kegemarannya untuk melihat gambar dan video lucah. Akibat dari tindakannya itu, ia terdorong ingin berzina lalu beronani. Tatkala itu, tindakan onaninya bukan lagi terdesak tetapi dirinya sendiri yang sengaja mendorong kepada terdesak itu.

Ia berbeza dengan seseorang yang terangsang syahwat akibat ternampak dan sukar mengelakkan pandangan matanya dari permandangan kurang elok di tempat kerja atau dalam perjalanannya ke tempat kerja dan pulang.

4) Hukum dosa atau haram melakukan onani bagi lelaki dan wanita juga menjadi bertambah serius apabila dapat disahkan perbuatan onani tadi mempunyai kesan negatif kepada kesihatan.

Bagi menguatkan fatwa hukum, kenyataan doktor sakit tuan, Dr.Ismail Thamby boleh dijadikan panduan fakta iaitu :-

1) kesan buruk kepada kehidupan seksual apabila berumahtangga

Beliau menyebut :-

Jika anda lakukan onani secara luar biasa seperti melakukan rangsangan seksual secara kasar dan kuat untuk mengecapi klimaks, mungkin apabila beristeri, anda akan mendapati bersetubuh dengannya tidak memberi kepuasan seperti anda kecapi secara onani.

Masalah ini dikenali sebagai ‘Traumatic Masturbatory Syndrome'. Yang menimbulkan masalah ialah onani mengakibatkan klimaks anda berlaku dengan cepat, yang jika berterusan dan diamalkan akan mengakibatkan anda tidak dapat bertahan lama apabila mengadakan hubungan seksual sebenar.

2) Tahap kesihatan kemaluan boleh terjejas hingga Mati Pucuk

Beliau menyebut :-

Selain itu, jika agak ganas dengan cara merangsang anggota sulit anda sehingga mengakibatkan anggota itu sakit dan bengkak, kemungkinan satu hari anda akan mengalami mati pucuk apabila kerosakan lama menunjukkan kesannya.

Ini kerana anggota sulit adalah organ vaskular dan tidak boleh diurut atau dirangsang dengan keras. Ia hanya sesuai untuk dirangsang melalui salur faraj perempuan.

3) Boleh Mandul kerana kerosakan buah zakar lelaki

Beliau berkata :

Namun, saya ingin mengingatkan yang kerosakan buah zakar boleh berlaku pada bila-bila masa ketika melakukan onani, dan jika ia berlaku dan menjejaskan kilang sperma, sudah tentu anda akan mandul kerana sperma tidak lagi dihasilkan ‘kilang'.

Sebagai contoh, anda melakukan onani dalam keadaan tidak terkawal seperti pengaruh alkohol, menyebabkan tidak tahu atau sedar ketika itu anda teragut buah zakar atau mencederakan buah zakar.

Anda hanya menyedari selepas beberapa lama yang buah zakar anda menjadi semakin kecil atau bengkak, dan jika kilang sperma terjejas, anda akan menjadi mandul.

Sudah tentu perkara yang menyeronokkan sukar untuk dihentikan, kecuali berlaku sesuatu perkara yang memudaratkan seperti keradangan buah zakar, kecederaan zakar seperti kebengkakan zakar.

Bagaimanapun, ia sudah terlewat jika tiada cara perawatannya. Mungkin jika zakar terkulai, bengkok atau patah, ada cara rawatan seperti pemulihan dengan pembedahan atau penggunaan alat pemulih.

Namun, jika kilang sudah rosak dan buah zakar mengecil, tiada penawarnya. Jadi cuba kurangkan amalan onani, terutama secara kasar. Anda perlu ingat, anda hanya ada satu zakar, bukan sepasang. Jika zakar itu tidak berguna, hidup anda merana selama-lamanya!

Rujukan

Penutup

Sebagai akhirnya, antara fungsi Ramadhan adalah mendidik hati dan diri agar mampu mengawal nafsu berikut :-

* 1) Nafsu marah apabila Nabi menegah kita dari melayani ajakan pergaduhan semasa berpuasa.
* 2) Nafsu makan dan minum. Apabila kita di tegah makan dan minum di siang hari.
* 3) Nafsu tidur. Apabila kita dianjurkan untuk bangun sahur.
* 4) Nafsu Syahwat. Apabila kita diarahkan untuk elakkan ‘bersama' isteri di siang hari Ramadhan.

Amat diharapkan Ramadhan yang baru berlalu dapat menghasilkan kemampuan kekangan segala nafsu melampau dalam hal yang disebut di atas.

Teringat saya kepada khutbah Jumaat yang disampaikan oleh Prof. Dr Sano Qutoub Mustafa ( Prof Syariah di UIAM ) pada 19 Oktober yang lalu. Beliau mengatakan

"jika keadaan iman dan amalan anda selepas Ramadhan adalah sama atau lebih teruk dari sebelumnya, ia adalah tanda anda tidak mendapat keampunan Allah pada bulan Ramadhan yang lalu"

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman

Hukum Onani Bagi Mereka Yang Malang

Permasalahan fitrah sebenarnya merupakan sesuatu yang menjadi perhatian besar bagi Islam namun kerana kegilaan, kecelakaan dan kedurjananya masyarakat Islam hari ini maka kita semua menerima balanya.

“ Sesungguhnya fitrah yang diciptakan Allah dan ditetapkan manusia dengannya (tertakluk kepada fitrah tersebut).” (Surah Ar-Rum :30).


Sudah beberapa kali saya ditanya mengenai masalah onani ini dan saya sudah menjelaskan kepada setiap individu secara peribadi tanpa menulis dikhalayak kerana ianya mengaibkan namun demi kerana sudah terlalu ramai memerlukan maka saya tampilkan penulisan ini bagi menjawab permasalahan ini.

Manusia diciptakan secara fitrah yang memerlukan pasangan dan teman serta memerlukan kepuasan batin dari hubungan lain jantina dan ini disebut oleh Allah swt :

“ Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah diciptakan bagi kamu dari diri kamu isteri-isteri supaya kamu bersenang-senang kepadanya..” (Ar-Rum : 21).

Sesungguhnya setiap lelaki bagi tua atau muda mereka diciptakan dengan mempunyai zakar sebagai alat untuk memenuhi fitrah batin mereka sebagaimana mulut dijadikan sebagai alat untuk makan bagi memenuhi fitrah manusia yang perlu makan dan minum demi meneruskan kehidupan maka demikianlah zakar yang diciptakan Allah swt demi sebagai anggota yang memerlukan faraj demi memenuhi keperluan batinnya secara fitrah.


“ Sesungguhnya fitrah yang diciptakan Allah dan ditetapkan manusia dengannya (tertakluk kepada fitrah tersebut).”
(Surah Ar-Rum :30).


Tidaklah golongan yang menyalahi fitrah yang diciptakan Allah swt melainkan dia itu zalim dan melampaui batas manakala bagi mereka yang tidak terpenuhi fitrah yang diciptakan Allah maka menderitalah mereka dalam kesusahan.

Golongan lelaki yang tidak mampu berkahwin di Malaysia ini begitu ramai sekali khususnya golongan remaja yang berumur di antara 17 hingga 25 tahun apabila waktu ini merupakan waktu kemuncak syahwat dan asmara yang secara fitrah memerlukan wanita dan kepuasan seks.

Demikianlah juga wanita dalam tempoh sebegini mereka juga tidak dapat mengelak diri dari terjatuh ke lembah maksiat lantaran godaan nafsu dan fitrah yang memerlukan pasangan dan seks.

Islam menyelesaikan masalah fitrah bagi lelaki dan wanita dalam soal seks ialah dengan mewujudkan ibadah nikah dan perkahwinan namun hal ini hanyalah tinggal teori sahaja sebabnya pelaksanaan nikah dan perkahwinan itu pada masa kini bukanlah lagi sesuatu yang mudah sebaliknya menjadi satu kerja gila yang menyerabutkan.

“ Allah mengehendaki kesenangan kepada kamu dan tidak mengingini kesusahan menimpa kamu” (Al-Baqarah : 185).


Perkahwinan di Malaysia sebagai contoh, memerlukan seorang lelaki itu mempunyai belanja dan wang yang banyak sehingga belanja kahwin sahaja boleh menjangkau sehingga RM 10 000 dan itu belum termasuk belanja kehidupan keluarga yang semakin hari semakin mahal.

Tidak ramai yang mampu untuk bernikah kerana pernikahan itu sukar sekali baik kerana masalah kewangan, kerana masalah keluarga dan kerana masalah sukar mencari pasangan atau pelbagai lagi.

Wanita Islam di Malaysia juga ramai yang sudah berumur lewat 28 tahun atau 30 an namun masih belum mempunyai pasangan dan belum bekeluarga lantaran tiada jodoh atau pun bermasalah keluarga seperti mempunyai ibubapa yang gila.


“ Dan tidaklah kami menjadikan deen ini kepada kamu sebagai sesuatu yang menyusahkan” (Al-hajj : 78).


Kembali pada topik asal, lalu akibat dari kesusahan untuk melepaskan nafsu dan memuaskan fitrah menurut kaedah yang asal iaitu bernikah maka ramai orang baik lelaki dan wanita mengambil jalan mudah dengan melakukan onani bagi menyelesaikan masalah mereka.


“Allah mengehendaki kemudahan bagi kamu dan sesungguhnya diciptakan manusia itu dalam keadaan yang dhaif (lemah)” (Surah An-Nisa : 27).


Onani ialah perbuatan mengeluarkan air mani bagi lelaki dengan mengunakan tangan dan inilah kaedah yang biasa dilakukan manakala bagi sesetengah golongan ialah mengunakan alatan seperti patung wanita yang diperbuat dengan getah seperti yang dijual di farmasi Eropah.

Berdasar maklumat yang diperolehi dari pakar perubatan seperti Dr Ismail Thamby mereka menyebut onani dilakukan sambil mengunakan alatan pelican seperti sabun, gel dan lain-lain bagi mendatangkan kepuasan syahwat sementara sebagai melepaskan tekanan seksual.

Manakala bagi wanita ialah dengan memasukan jari atau sesuatu alatan keras ke dalam faraj mereka bagi menimbulkan rangsangan pada faraj sehingga mencapai klimaks iaitu kepuasan syahwat.

Hukum Onani bagi mereka yang tidak mampu bernikah dan takut terjatuh ke dalam maksiat ialah harus dan tidak berdosa. Bahkan kaedah fiqhiyah juga menyebut : الضرورات تبيح المحظورات
“ Kemudharatan itu membolehkan apa yang terlarang” (lihat Qawaid fiqhiyah m/s 67 oleh Dr Abd Karim Zaidan).


Inilah pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ibn taimiyyah dan Ibn Qayyim serta dari Ibn Aqil bahkan pendapat ini diperkuatkan oleh Imam Ahmad dengan riwayat bahawa para sahabat terdahulu beronani dalam perang dan ketika musafir sebagai keharusan melakukan onani apabila terdesak dan perlu (lihat Al-bada’I wal fawa’id m/s 870 Jilid 2).

Adapun apabila melakukan onani itu hanya kerana mencari keseronokan dan berhibur dengannya maka hukumnya ialah haram dan ditegah ini kerana ianya termasuk perbuatan yang keji dan kotor serta memudharatkan akal dan jiwa sehingga menjadikan diri dikuasai oleh syahwat dan dibimbangi terjebak kepada zina.

Namun apabila syahwat itu terlalu mendesak dan mengoda maka tidaklah mengapa beronani dengan tangan atau apa jua alatan asalkan sekadar mencukupi untuk memuaskan syhawat demi mencegah zina.

Sabda baginda : “ Sesungguhnya kamu diutuskan untuk memudahkan manusia dan bukan untuk mempersusahkan” (hadith sahih, Riwayat jamaah kecuali Muslim).

Walaubagaimana pun terdapat beberapa perkara yang perlu diperhatikan dalam beronani iaitu :

Hukum onani akan menjadi haram apabila seorang lelaki itu mengunakan gambar lucah, atau bayangan di otaknya akan perkara kotor atau berkhayal wanita kerana ini bukan lagi beronani demi mencegah zina sebaliknya ianya sudah bertujuan mencari kepuasan dan berseronok dan ini diharamkan.

Tidak boleh berseronok dengan jalan yang haram.

Adapun sebaliknya mereka yang terdesak cukup sahaja beronani tanpa perlu bayangan dan khayalan atau apa-apa modal yang haram kerana niatnya sekadar untuk mengurang tekanan seksual dan ini dibolehkan.

Begitu juga wanita yang tidak mampu menahan desakan batin maka tidak mengapa mereka beronani dengan mengunakan tangan atau apa alatan yang tidak merbahaya asalkan dibuat setelah terdesak bukan dengan sengaja atau berniat mencari keseronokkan.

Firman Allah swt :

“Dan bertaqwalah kamu kepada Allah semampu kamu” (surah : at-taghabun :16).

Juga diharamkan berkhayal kotor dan menonton filem kotor kerana Islam mengharamkan demikian. Sesungguhnya kelonggaran dibolehkan onani ini hanya apabila ianya terdesak dan demi mencegah zina.

Menjawab golongan yang mengharamkan onani secara mutlak

Mereka (para fuqaha) yang mengharamkan onani secara mutlak adalah kerana hujah mereka berdasarkan hadith Abdullah ibn Mas’ud yang baginda pernah bersabda :

“ Wahai Para pemuda, barangsiapa yang mampu dikalangan kamu maka bernikahlah kerana sesungguhnya dengan nikah itu dapat menundukkan pandangan dan menyelamatkan kemaluan (kehormatan) dan barangsiapa yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa sesungguhnya bagi berpuasa itu satu perlindungan” (hadith sahih riwayat bukhari no. 5063 , Muslim no. 3389 nasaie dan Ahmad).

Hadith ini dijadikan hujah bahawa bagi golongan yang tidak mampu bernikah maka hendaklah dia berpuasa dan menuruti pertunjuk sunnah dalam menghadapi suasana kesusahannya yang tidak mampu bernikah itu dengan berpuasa bukan dengan melakukan onani yang merupakan perbuatan kotor.

Menjawab kepada hadith ini ialah :

Pertama baginda menyebut perkataan ( الباءة) yang diterjemahkan oleh saya sebagai “mampu bernikah” secara lafaz umum namun sebenarnya menurut fuqaha perkataan “alba’ath” ini bermaksud kemampuan untuk berjima ‘ (bersetubuh) maka itulah yang dimaksudkan oleh baginda sebagai kemampuan untuk bernikah dalam hadith di atas (sila lihat fiqh sunnah m/s 105 Jilid 2).

Baginda tidak pernah menjadikan atau menilai kemampuan untuk bernikah itu mesti berharta atau mempunyai RM 10 000 untuk belanja nikah baru boleh bernikah atau mesti mempunyai kerja tetap sebab takut si perempuan nantinya kena makan pasir sebab si suami tiada kerja.

Ini kerana dalam hadith yang lain seperti hadith Sahl bin Said As-Sa’adi bahawa baginda pernah menikahkan seorang sahabat dengan maskahwin (mahar) hanya berupa beberapa ayat dari Al-Qur’an disebabkan sahabat tersebut terlalu miskin sehingga tidak punyai apa-apa untuk dijadikan maskahwin walaupun sebentuk cincin besi (sila lihat hadith sahih riwayat bukhari no. 5087 dan Muslim no. 3472 dan daruquthni dll).

Maka inilah yang disebut dalam firman Allah :


“Jika mereka itu fuqara (miskin) maka akan dikayakan oleh Allah dari rezeki-Nya..” (An-Nur : 24).


Oleh yang demikian, apabila disimpulkan dalam hadith ini bahawa barangsiapa yang mampu bersetubuh maka hendaklah bernikah maka bukankah semua orang sekarang mampu bersetubuh kecuali mereka yang sakit dan yang punyai nafsu namun tidak mampu bersetubuh lantaran lemah ereksi atau punyai masalah kesihatan maka mereka itulah yang wajar berpuasa.

Selain itu, sangat tidak dapat diterima bahawa bagi mereka yang gagah dan kukuh mampu bersetubuh dan kuat syahwatnya hanya disuruh berpuasa sedang di jalan-jalan dan sekitar penuh wanita dan godaan siang malam baik dalam televisyen, jalan-jalan tempat kerja dan tempat belajar dan sekeliling.

Sungguh pun Islam menyuruh menundukkan pandangan, menjaga hati dan ditambah berpuasa namun dalam suasana hari ini tekanan dan desakan itu tetap akan menekan dan memberi kesan besar bagi jiwa lalu dalam hal ini ubat seperti onani diperlukan namun haruslah digunakan sekadar menutup dan menolak mudharat sahaja tanpa berlebih. Sabda baginda : “Sesungguhnya agama ini ialah mudah dan tidaklah yang (sengaja) menyusahkan dirinya dalam hal agama ini melainkan dia akan dikalahkan (tidak mampu)” (hadith sahih riwayat bukhari syarah ibn hajar jilid 1 m/s 93).

Kesimpulan :

Diperbolehkan barangsiapa yang terdesak dan perlu menurunkan tekanan syahwatnya untuk beronani dan ini dibuat dengan turut berusaha mempertingkatkan usahanya untuk membolehkan nikah demi mencapai perintah Allah.


“ Tidaklah Allah meletakkan tanggungjawab pada seseorang melainkan dengan sekadar dengan kemampuannya” (Al-Baqarah : 286).

Tidak boleh beronani jika ianya dibuat semata-mata untuk seronok dan mencari kepuasan kerana Islam mengharamkan perbuatan onani yang mencari keseronokkan kerana ianya mendekati zina dan kekejian.


“ Adapun orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri daripada hawa nafsunya maka syurgalah tempatnya” (An-Nazi’at : 40-41).


Baik lelaki mahupun perempuan yang beronani demi terpaksa menenangkan syahwatnya hendaklah banyak mengawal diri dan berusaha mendekat diri kepada Allah swt sambil banyak berdoa kerana Allah tidak menurunkan sesuatu penyakit melainkan memberikan ubatnya dan ubat syahwat ialah nikah.

Bagi mereka yang berusaha untuk nikah namun tidak mampu kerana masalah kewangan, masalah keluarga akibat punyai ibu bapa yang bodoh dan gila lagi tidak memahami maka hendaklah mengadu kepada mereka yang alim dan mempunyai kelebihan moga dapat dibantu.

" Bertanyalah kamu kepada orang yang mengerti jika kamu tidak mengetahui " (Surah An-Nahl : 43).

“ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka sesungguhnya Allah akan menyediakan baginya jalan keluar (dari kesusahan) dan memberikannya rezeki dari jalan-jalan yang tidak disangkai olehnya” (Surah Thalaq : 2-3).

Segala puji hanyalah bagi Allah swt

Panas: Semakin Ramai Gadis Dan Teruna Lakukan Onani?
Tarikh: Monday, November 05 @ 20:39:28 MYT
Topik: Seks Dalam Islam

ﺍﻠﺴﻼﻢﻋﻠﻴﻜﻡ
Mungkin ada yang tidak tahu apakah erti onani. Ia adalah istilah bagi satu bentuk perbuatan merangsang diri dari segi seks. Istilah lain yang sering digunakan ialah masturbasi atau coli, juga diistilahkan dalam bahasa pasar sebagai 'melancap' atau 'main sabun'. Tapi bolehkah suami melakukan onani ke atas isteri atau sebaliknya? Sebelum mengetahui mengenai hukum-hakam onani, lebih baiklah kita tahu apakah erti onani itu.

Dalam kamus bahasa Arab, kata “istimna” atau “Jildu” dan “Umairah” berarti mengeluarkan sperma dengan tangannya, kemudian Istimna, apabila sering dilakukan akan menjadikannya sebagai adat dan kebiasaan bagi yang melakukannya, sehingga lahirlah makna baru yaitu “Al-’Adah As-Sirriyah” yang ertinya adat atau kebiasaan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Onani, masturbasi, coli, main sabun, dan lain-lain, merupakan satu istilah untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang masih muda dalam memenuhi kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan tangan mahupun dengan menambahkan alat bantu berupa sabun atau benda-benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani dan membuat dirinya (lebih) tenang.

Istilah Onani sendiri, berasal dari kata Onan, salah seorang anak dari Judas, cucu dari Jacob. Dalam salah satu cerita di Injil, diceritakan bahwa Onan disuruh oleh ayahnya (Judas) untuk bersetubuh dengan isteri kakaknya, namun Onan tidak bisa melakukannya sehingga saat mencapai puncaknya, dia membuang spermanya (mani) di luar (di kemudian hari tindakan ini dikenal dengan istilah azl (dalam bahasa Arab) atau coitus interruptus (dalam istilah kedokterannya). Dari cerita Onan ini terdapat dua versi. Ada yang berpendapat bahwa Onan berhubungan badan dengan isteri kakaknya lalu membuang maninya di luar. Dan ada juga yang menyebutkan bahwa Onan tidak menyetubuhi isteri kakaknya, malainkan ia melakukan pemuasan diri sendiri (coli) karena ketidak-beraniannya untuk menyetubuhi sedangkan berahi di dada semakin memuncak, sehingga dari perbuatan Onan ini lahirlah istilah Onani sebagai penisbahan terhadap perbuatannya. (http://arisusanto-bogor.blogspot.com)

Onani adalah perbuatan merangsang diri sendiri dari sudut seksual agar menjadi ghairah dan boleh mencapai klimaks. Ia bukan dilakukan oleh oranglain terhadap diri seseorang. Jika ia dilakukan oleh oranglain yang bukan suami-isteri yang sah, ia dianggap maksiat yang menghampiri zina. Jika dilakukan sesama jenis lelaki, ia dipanggil maksiat homoseks 'gay'. Jika sesama jenis wanita, ia adalah maksiat homoseks 'lesbian'.

Tapi jika isteri lakukan pada suami yang sah (maksudnya merangsang zakar suami hingga terpancut mani) itu bukan onani tapi merupakan perbuatan yang harus. Jika suami melakukan ke atas isteri, itu termasuk istimta' yang harus hukumnya dan ia tidak dikategorikan sebagai onani. (sila rujuk http://www.zaharuddin.net)

Secara umumnya ada pihak berpendapat bahawa onani adalah merupakan 'jalan keluar' bagi meredakan gelojak nafsu syahwat. Onani bukan saja dilakukan oleh sebilangan teruna tapi juga oleh sebilangan anak gadis. Pengaruh Barat yang mencanangkan kebebasan seks (menggalakkan zina) adalah amat bahaya terhadap pembentukan pemikiran anak-anak muda Muslim dari segi seks. Ada yang berpendapat bahawa onani bukan perbuatan yang dapat mengelakkan diri dari melakukan zina tapi merupakan perbuatan yang boleh menjerumuskan diri seseorang ke kancah zina, na'uzubillah. Dalam Islam sendiri sudah jelas diberikan panduan untuk mengekang gelojak nafsu syahwat, iaitu dengan berpuasa, bukan dengan melakukan onani.

Apakah statistik seluruh dunia berkaitan onani? Menurut Sheri & Bob Stritof, terdapat konsensus mereka yang melakukan analisis statistik terhadap golongan yang melakukan onani iaitu 90% dari jumlah lelaki dan 65% dari jumlah wanita melakukan onani dari masa ke semasa. Sue Johnson, seorang kaunselor seks menyatakan bahawa statistik yang menyatakan 99% dari jumlah lelaki dari semua peringkat umur melakukan onani secara kerap adalah satu pembohongan. Cory Silverberg pula menyatakan bahawa Soalselidik Kinsey mendapati hampir 40% dari lelaki dan 30% dari wanita (yang sudah ada pasangan) melakukan onani, satu kajian oleh pembaca Playboy mendapati 72% dari lelaki yang telah berkahwin masih melakukan onani, kajian dari pembaca Redbook pula mendapati bahawa 68% dari wanita yang sudah berkahwin melakukan onani.

Dari statistik di atas, peratusannya adalah amat tinggi. Pada hemat saya, statistik tersebut mungkin tidak tepat dikalangan masyarakat Islam. Ianya mungkin jauh lebih rendah dalam masyarakat Islam. Saya tidak menemukan statistik peningkatan onani di kalangan masyarakat, namun secara umumnya mungkin pengaruh kebebasan seks Barat telah menyebabkan ianya meningkat. Wallahua'lam.

Berikut saya salinkan agak banyak artikel yang menyentuh mengenai hukum-hakam onani. Semoga dapat menjadi bahan rujukan dan renungan bersama:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar